Rabu, 25 Maret 2009

Jadilah Manusia Berkarakter

Ali bin Abi Thalib: "Didiklah anak-anakmu, sesungguhnya mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang lain dari masa kamu ini".
Apa yang terjadi di Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi.
Dari Situs Resmi BKKBN, 19 Desember 2008 menyatakan 63% remaja (usia SMP-SMA) pernah berhubungan sex dan 21 diantaranya melakukan aborsi. Dan prosentasenya meningkat dibanding hasil survey tahun 2005/2006 yang sekitar 47,54%.
Apa yang terjadi Pendidikan Kita ?
(1) Banyak sekolah hanya mengejar target lulus 100% agar dianggap masyarakat sekolah maju, (2) Pendidikan belum mengarah ke pembentukan karakter, melainkan hanya mengarah ke hafalan dan bisa mengerjakan Ujian Nasional.
Lihatlah orang tua berlomba-lomba memaksakan anak-anaknya masuk di Bimbingan Belajar, kenapa ? Ada ketakutan orang tua akan hasil Ujian Nasional anaknya. Lihat saja prosesi pelaksanakan Ujian Nasional diberlakukan/ dengan prosedur yang sangat ribet. Pengawasan silang (pengawasmenjadi satpam), Pemantauan menyewa Tim Independent (nggak percaya pada institusi), Perjalanan dan distribusi Naskah Soal dikawal Polisi, tidur dijaga (Nggak percaya juga).

Andaikata bangsa ini tidak sedang dilanda penyakit distrust tentu pelaksanaan Ujian Nasional cukup diserahkan kepada pihak sekolah penyelenggara, dan tidak melibatkan banyak pihak yang berujung pada efisiensi biaya penyelenggaraan.

Andaikata semua elemen bangsa ini masih menjadikan kejujuran sebagai spirit dan etika dalam menjalankan tugas dan peranannya masing-masing, niscaya tidak perlu lagi dibentuk berbagai lembaga pengawasan yang berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, KPK, Bawasda, dan lain-lain.

Andaikata para pemimpin dan wakil rakyat kita mampu menjaga amanah jabatan yang disandangnya, tentu kesejahteraan rakyat akan segera bisa dinikmati secara merata.

Sesungguhnya banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala di atas, tetapi faktor pendidikan lah yang sering dituduh sebagai "biangkeroknya". Asumsinya, tugas utama pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang juga bisa diungkapkan sebagai "produsen" manusia Indonesia. Jika manusia yang dihasilkan oleh pendidikan telah gagal mengantarkan bangsa ini kepada keadilan, kemajuan, dan kesejahteraan bersama, apa yang bisa diharapkan lagi?

Di sekolah yang diujikan adalah kemampuan individu, padahal dalam kehidupan yang dinilai adalah sejauh mana kontribusi seseorang dalam masyarakat

Di sekolah yang dihitung adalah apa yang ada di kepala, sedang dalam kehidupan adalah ketrampilan yang dapat dilakukan

Di sekolah siswa di pelajari simbol-simbol tak bermakna, sedang dalam kehidupan diperlukan kecakapan memecahkan masalah

Di sekolah memahami sesuatu berdasarkan matapelajaran, sementara dalam kehidupan menghadapi permasalahan spesifik yang memerlukan berbagai pendekatan.

Pendidikan karakter/jatidiri adalah solusi utama untuk memperbaiki kualitas manusia Indonesia secara keseluruhan pada masyarakat berbasis pengetahuan

Pendidikan tidak sama dengan sekolah. Cakupannya luas tak terbatas .Sekolah hanya satu bagian kecil dari sarana pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan tidak hanya terpaku pada transfer materi dari guru ke murid. Pendidikan harus utuh dan menyeluruh, meliputi semua aspek dalam kehidupan . Pendidikan harus berorientasi pada terbentuknya individu-individu yang memiliki karakter /jati diri (kepribadian) yang syaamil (lengkap, utuh - menyeluruh). Bagaimana memulainya? Bisa dilakukan melalui pengintegrasian life skill pada mata pelajaran.

Proses life skill yang dimaksud adalah bahwa ketrampilan hidup dimulai dari kecakapan hidup personal dan kecakapan hidup sosial

Kecakapan hidup personal dan kecakapan hidup sosial bisa dijadikan titik tumpu dalam pengembangan karakter anak-anak kita.
(Disarikan dari Rakor Dewan Pendidikan Prop. Jatim,
Drs. Kuswiyanto, M. Si)
Slide 9

2 komentar:

Irwan M Santika mengatakan...

Kunjungan pertama salam kenal yaa, semoga bisa menjadi sahabat :-)

Budi Spoil 85 mengatakan...

Nggih mas, saya takbelajar ke sampeyan aja agar blognya lebih bagus