Sabtu, 31 Januari 2009

Dilarang Bawa HP ke Sekolah

Dag Say Hello.... 
ADA yang baru setelah kita masuk semester 2, tepatnya mulai 21 Januari 2008, dengan surat nomor 800/030/409.107.6/2008, Perihal Hasil angket orang tua mengenai kebijakan sekolah terkait Handphone/HP. Bentuk lembar tidak jelas, apakah edaran atau keputusan. Yang jelas ditujukan kepada orang tua/ wali murid SMA Negeri 1 Kesamben. Dalam lembar tersebut terdapat pernyataan dari 699 orang tua/wali murid, sejumlah 431 menghendaki pilihan pertama, yaitu siswa dilarang membawa HP ke sekolah.  
Ada yang kaget, terutama saya. Karena saya tidak pernah mendengar sebelumnya. Pada tanggal 21 Januari itu saya mengajar ada pembagian lembar di kelas-kelas, kemudian waktu istirahat disosialisasikan di ruang guru. Ketika saya bertanya, tiba-tiba saja ada yang menyodorkan lembar kertas yang judulnya Koordinasi Wali Kelas tanggal 4 Januari 2008, pada poin 3 masalah HP (khusus Wali Kelas X, XI, XII). Pantas saja saya tidak tahu, karena saya bukan wali kelas sehingga tidak tahu lembaran tersebut, terutama terkait angket kepada wali murid tersebut. Atau tidak penting bagi guru yang bukan wali kelas mengenai persoalan HP.
Permasalahan HP di sekolah kita memang cukup rumit dan rawan. Seperti yang tertulis di lembar Koordinasi Wali Kelas diantaranya (a) Urgensi keperluan HP bagi siswa belum terlalu mendesak (b) Kebutuhan komunikasi antara orang tua dan siswa pada saat siswa berada di sekolah dapat difasilitasi dengan telepon sekolah (c) Penggunaan HP yang cenderung melanggar tata tertib bahkan sudah menuju ke arah kriminal. Misalnya menerima sms saat pelajaran, waktu istirahat dimanfaatkan untuk bermain HP bukan mereviu pelajaran atau ke perpustakaan, ada siswa yang menghabiskan uang sekolah untuk membeli pulsa, ditemukan kasus (di sekolah lain) HP berisi gambar porno, bahkan video, ada siswa memanfaatkan HP untuk ngrepek, dan sebagainya. Maka boleh dikatakan pelarangan membawa HP bagi siswa di sekolah memang beralasan. Itu artinya siswa kurang memanfaatkan teknologi dan globalisasi untuk hal-hal yang positif. 
Dengan HP kita bisa memperpendek jarak silaturrahmi. Dengan HP kita bisa hemat transportasi. Dengan HP kita bisa hemat waktu. Dengan HP orang tua bisa jemput jam berapa pulang sekolah dan sebagainya, bukan malah sebaliknya. Pasti ada yang nggrundel dengan larangan membawa HP bagi siswa ke sekolah. Karena tak lagi bisa Say Hello di saat istirahat sekolah. Pasti akan terasa kurang ketika berangkat ke sekolah tidak membawa HP. Karena biasanya HP selalu ada di genggaman tangan ketika keluar rumah. Meski tetap membawa tapi tersimpan di jok sepeda motor. 
”Yang penting nggak terbawa di kelas, soalnya kalau pas ada pemberitahuan mendadak untuk latihan apa gitu, apa bisa pake telepon sekolah. Ya, praktis pake HP, rek !” kata cewek yang nggak setuju dilarangnya membawa HP ke sekolah.
Perubahan semacam itu memang berat awalnya, namun akan terbiasa kalau sudah agak lama dibiasakan. Barangkali tanpa HP ke sekolah aktifitas di sekolah menjadi berubah. Barangkali malah memanfaatkan waktu lebih efektif dengan ke perpustakaan, membaca informasi terbaru atau memelihara taman-taman yang sekarang sedang digiatkan bersama Bu Entin. Agar sekolah kita semakain cantik. Dengan kecantikan di sana sini kita akan semakin kerasan belajar di sekolah.
Program-program baru yang dicetuskan Bu Entin ini merupakan salah satu karya baru dalam menumbuhkan kreatifitas siswa, meski sudah setahun yang lalu dicetuskan. Tentu saja dibutuhkan keuletan dari pembina. Panas dan keringat yang dikucurkan siswa tidak terasa jika senantiasa ditekankan kecintaan terhadap sekolah, menata unsur keindahan sekolah. Sehingga siswa tetap menikmati apa yang dikerjakan, merasa enjoy dalam belajar. Sehingga menjadi salah satu model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Siapa lagi yang mau berkarya dan bermanfaat bagi siswa di kelak kalau bukan kita sendiri sebagai warga sekolah. Di atas sudah tersedia lahan kosong seluas 2200 meter. Kalau mau memberdayakan dengan tanaman pertanian tidak ada salahnya. Toh sekolah belum memiliki banyak dana, untuk mengelola jadi apa. Mari kita hargai karya-karya orang lain sebagaimana menghargai karya sendiri. (BudiElyas)


2 komentar:

Budi Spoil 85 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Budi Spoil 85 mengatakan...

Tulisan ini sebagai konsekuensi siswa yang kena operasi HP mendadak di sekolah dan ditahan hingga 1 semester.
Banyak yang protes, karena dasar yang dipakai tidak pernah diuji dan lemahnya sosialisasi dati Tim Tatib. Guru tidak selamanya menggunakan cara sita-sitaan, tapi harus dengan teknik pembelajaran. Belajarlah teori pendidikan tentang Konstruktifistik dan jangan melulu menggunakan Bihavioristik.
Jaman dulu ada anak manjat mangga, ditegor,"ya le.. terusno..!" anak akan dengan sendirinya turun. Tapi sekarang di akan semakin menjado-jadi seakan disuruh.