Selasa, 16 Maret 2010

Oalah, Dul ... Dul ...


Saat menggelar jumpa pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Canberra, Rabu 10 Maret 2010, Perdana Menteri (PM) Australia, Kevin Rudd, mengatakan bahwa Australia memuji upaya Indonesia dalam memberantas terorisme dalam beberapa tahun terakhir ini. Rudd mengakui bahwa Indonesia sukses dalam mengacaukan dan melucuti jaringan teroris. Penahanan sejumlah gembong teroris di Indonesia, bagi Australia, merupakan pukulan telak bagi ancaman terorisme di kawasan ini.

"Terobosan yang telah dilakukan Indonesia dalam melumpuhkan berbagai jaringan teroris telah berlangsung signifikan," kata Rudd pasca kematian teroris, Dulmatin akibat ditembak polisi. (vivanewscom:10/3/2010), seperti telah diberitakan bahwa sebelum kematian Dulmatin diumumkan secara resmi di dalam negeri, Presiden SBY telah membuat pernyataan tsb di depan parlemen Australia saat mengadakan kunjungan kenegaraan ke negara tsb.

Tentu mudah dimengerti kalau tewasnya Dulmatin, teroris paling dicari di Asia Tengara itu disambut gembira oleh sebagian besar masyarakat dan hal ini juga menaikkan citra polri dan citra SBY. Lebih dari itu jika disimak dari pujian PM Australia Kevin Rud seperti uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa citra Polri dan SBY di luar negeri pun naik. Mungkin tidak banyak orang yang berpikir bahwa dengan terbunuhnya Dulmatin dan pentolan teroris lainnya seperti Noordin M.Top, Dr.Azhari, dan Amrozi Cs, hal itu juga turut menaikkan citra teroris. Untuk memahami hal tsb marilah kita simak berita-berita seputar pemakaman Dulmatin.

Empat hari sesudah Dulmatin mati ditembak tim Densus 88 di Pamulang, Tangerang Banten pada Selasa 9 Maret 2010, bersama dua orang rekannya, dikabarkan para pelayat dan pengantar jenazah Dulmatin (yang kebanyakan berasal dari kota Solo, Pekalongan, Semarang, Kudus dan beberapa kota terdekat lainnya) mencium aroma wangi memancar dari jasadnya. Tentu saja hal ini menimbulkan tanda tanya dalam hati para pelayat. Pertanda apakah ini?

Dulmatin dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lenong, Kelurahan Lenong. Pemakaman ini berjarak sekitar 5 kilometer dari kediaman keluarga. Selain keluarga, masyarakat pun turut serta menghantarkan tersangka yang diduga menjadi otak bom Bali I tahun 2002 itu. Setelah pemakaman, tersiar berita yang mengatakan adanya aroma wangi dari jasad Dulmatin pun beredar luas. Sebuah sms yang berisi kesaksian tentang kondisi yang bunyinya sbb:

“Bismillah… saya istri asy-syahid Dulmatin menyaksikan bahwa suami saya insya Allah SYAHID.. Saya mencium wangi dari jasadnya dan darahnya.. tersenyum, bersih wajahnya, ketenangan terpancar.. tampak lafadz Alloh di langit.. Pekikan takbir naik ke atas.. Subhanalloh, Allohu Akbar 3x.”

Kabar ini mendapat komentar dari Pimpinan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Sang ustadz menyakini bahwa Dulmatin bukanlah seorang teroris yang selama ini diburu polisi. Menurutnya, Dulmatin adalah seorang mujahid, karena membela orang Islam yang tertindas di luar negeri. Kendati dinilai teroris, Ba'asyir mempersilakan masyarakat tidak setuju dengan jihad cara Dulmatin.

"Silakan masyarakat menilai, yang saya tahu mereka pejuang Islam, bukan teroris, yang teroris adalah Amerika. Itu yang dibalik, maling teriak maling, tapi Indonesia taklid," kata Ba’asyir, Jumat (12/3/2010).

Lebih lanjut Abu Bakar ba’asyir mengatakan: "Saya dengar dari kawan-kawan di sana yang melihat jenazah Dulmatin. Baunya wangi dan darah masih mengalir. Kenapa demikian, itu membuktikan dia bukan teroris. Sebab kalau teroris, lima menit setelah mati pasti busuk," kata Ba'asyir. Wallahu a’lamu bis-shawab. (Jktpresscom:13/3/2010).

Jika berita tsb benar hal ini menunjukkan kematian seorang teroris seperti Dulmatin dan teroris lainnya dengan cara ditembak mati oleh polisi telah menyebabkan citranya naik dari teroris menjadi mujahid. Tentu hal tsb tidak akan terjadi jika Dulmatin ditangkap hidup-hidup dan tidak ditembak mati. Sudah tepatkah tindakan polisi meringkus para pentolan teroris yang dalam beberapa waktu terakhir ini selalu dilakukan dengan menembak mati mereka ?

Advokat senior Adnan Buyung Nasution menilai tindakan polisi menembak mati beberapa tersangka teroris seperti Noordin M Top, dan Dulmatin menyalahi prosedur hukum terutama dalam falsafah doktrin polisi yang tidak memperbolehkan polisi untuk mengadili penjahat. Buyung cukup bijaksana dengan tidak sepenuhnya menyalahkan polisi. Dia menambahkan bahwa meskipun demikian, berlaku pula keadaan berbeda saat terjadi baku tembak. Pada saat itu tentu saja polisi harus membela diri, menembak mati pun menjadi satu-satunya pilihan.

Lebih jauh Buyung mengingatkan polisi bahwa kalau tindakan menembak mati teroris tsb menjadi kebiasaan, hal itu justru menjadikan si teroris sebagai idola dan pahlawan karena mati martir. (Jktpresscom:12/3/2010)

Dari: http://politikana.com/baca/2010/03/15/citra-polisi-teroris-sama2-naik-pasca-kematian-dulmatin.html

Tidak ada komentar: