Jumat, 05 Juni 2009

Kecurangan

Banyak ketakutan yang terjadi di pihak guru. Takut siswanya banyak yang gagal. Orang tua tak kalah cemas, sehingga banyak yang dipaksa masuk bimbingan agar tiap harinya membahas Ebtanas. Kepala Sekolah menekan guru, takkan mebiarkan guru sing sak karepe dhewe. Tapi sayange banyak siswa yang malah santai.
Banyak upaya dilakukan menghilangkan ketakutan itu. Misalnya sekolah membuka program pendalaman, karena beban tiap minggunya cukup padat, sehingga kehabisan waktu untuk mengajar. Padahal setiap hari di sekolah banyak kelas yang kosong, banyak anak yang senang, pertanda pembelajaran yang tidak menyenangkan. Menyadari itulah akhirnya sekolah memrogramkan Les Pendalaman, agar sekolah bisa mengeluarkan anggaran, meskip[un banyak anak yang ngantuk, karena memang waktunya ngantuk, banyak anak yang sumuk, banyak anak yang nggak minatdengan guru yang nggak menarik, monoton, pemaksaan berlebihan. "Kamu harus ini, kamu harus itu agar nanti dapat nilai bagus, nanti tak kasih hadiah jika bagus, tapi pusss.....
Pola lama dan sudah kedaluarsa tetap ada, belum ada inovasi, belum ada kreasi untuk membuat anak betah di kelas. Banyak fasilitas disediakan sekolah, tapi hanya sekedar untuk wah... Karena jarang dipakai, kalau ada yang pake disrimpeti. Eh, yang bawa kunci belum datang, e.. harus ijin dari bos dulu. Bosss.... ngedebus. Jeleknya, jika ada guru yang punya kreasi malah disentimeni. Katanya sok kemlinthi, sok kemaki. O... alah, belum berubah pola pikirnya, belum berubah juga, meski negeri ini sudah jauh melangkah.
Banyak sekali penyimpangan yang terjadi kalau kita mau teliti. Upaya itu sebagai antisipasi, sebagai penyejuk hati. Jika aman, jika sukses bisa dianggap sebagai pahlawan, sebagai jagoan, sebagai amalan... Padahal itu kebohongan, kebohongan...
Kasihan negeri ini. Akibat perlakuan orang-orang yang tak mengerti. Akibat politik kotor di negeri ini. Karena semua ingin didengar sekolah yang sukses, pejabat yang sukses. Biar semua ingin dibaca hebaaattt. Padahal mereka bohong, anak-anak diisi dengan pelajaran bohong.
Oh ibu pertiwi tak pernah henti menangis
Ini bukan puisi
Ini kenyataan di negeri ini
Gung mari lho ojo dokomentari sik...

Tidak ada komentar: