Minggu, 01 Februari 2009

Pasca Lulusan dan Reuni 
ADA yang gembira, ada yang sedih dan ada yang terharu pasti setelah menerima hasil lulusan. Yang jelas semua telah berusaha maksimal. Saat-saat tegang telah lewat sementara. Semua siswa telah bekerja keras dalam menghadapi perlakuan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. 
Selamat dan sukses dalam mencapai tahap awal ujian, yaitu ujian nasional. Setelah itu akan banyak ujian yang akan menghadang, sebagaimana yang dihadapi bangsa ini. Karena saat ini bangsa kita telah dihadapkan pada berbagai macam ujian nasional lainnya. Kemiskinan, pengangguran, krisis moral, kerusakan lingkungan, antrean panjang menerima BLT, serta ujian dalam menghadapi berbagai penjajahan global. Penggunaan teknologi informasi yang menjerat dengan rusaknya moral multidimensi. Banyak petani yang enggan bertani karena bangsa ini lebih senang mengkonsumsi buah buatan luar negeri dibanding buah sendiri. 
Ujian nasional sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa. Yang luar biasa justru setelahnya, pasca ini bisa apa. Demikian juga teman-teman lulusan SMA pada umumnya. Tantangan yang perlu dihadapi adalah kehidupan masa depan yang berubah cepat, tidak pasti, tidak jelas. Karena ujian nasional yang kompetensi diukur kognitifnya melalui format ujian paling dangkal dengan pilihan ganda. Ingat survei lembaga internasional menunjukkan bahwa hanya 1 dari 7 pelajar Indonesia yang mampu menunjukkan kompetensi higher order of thinking seperti problem solving. Sementara di negara yang ketinggalan jauh pada era sebelumnya seperti Finlandia 1 di antara 5 pelajar. 
Di Jepang pernah dilakukan penelitian melalui alumni beberapa sekolah. Semua siswa di sekolah dikelompokkan menjadi 3 (heigher, midler dan lower). Heigher adalah kelompok siswa yang nilainya di atas, atau kelompok siswa pintar. Kelompok Midler adalah mereka yang berada di peringkat tengah dan cenderung labil prestasinya. Sedangkan Lower berada di peringkat bawah. 
Setelah 20 tahun peneliti melakukan survei kepada alumni tentang pekerjaan dan penghidupan yang ditekuni. Ternyata antara prestasi waktu di sekolah dengan pekerjaan yang ditekuni setelah 20 tahun menunjukkan korelasi positif. Yang kelompok midler selalu berubah-ubah bidang pekerjaanya. Bahkan menunjukkan banyak pengusaha sukses dari kelompok ini. Kelompok higher juga demikian menunjukkan kemampuan yang tetap di atas dalam bidangnya. Meskipun tak sedikit yang menjadi anak buah dari kelompok midler, tetapi sebagai seorang ahli. Sedangkan kelompok terakhir lower menunjukkan spekulatif yang luar biasa. Ada yang menduduki posisi pengusaha sukses, dan tak sedikit yang sebagai pekerja dengan gaji rendah, tapi lower adalah pekerja yang baik, setia dan loyal pada pimpinan.
Waktu SMA, saya memiliki 3 teman yang duduk di dekat bangku saya. Mereka memiliki cara yang berbeda-beda cara belajarnya. Yang pertama Eban. Dia mampu membeli semua buku dan fasilitas sekolah tapi tak begitu pintar dalam pelajaran. Kedua Gandung. Dia tak pernah membawa buku kecuali sebuah buku tulis yang selalu diselipkan di kantong saku belakang celana. Meski demikian dia tergolong anak yang cerdas. Yang ketiga Bondan. Bondan adalah anak yang rajin tapi agak pelit bagi-bagi jawaban, sehingga kadang kertas jawabannya direbut paksa Eban. Suatu musibah jika buku catatannya hilang dicuri Gandung menjelang ujian. Satu hal buruk yang dimiliki mereka adalah mereka sering membuat saya pusing karena sering kentut di kelas.
Pada suatu ulangan, ketiga orang ini saling bekerja sama tetapi kadang saling menjatuhkan. Gandung selalu cepat menjawab pertanyaan, tapi kadang ditolak Bondan kebenarannya sehingga membuat Eban bimbang mana yang benar. Karena Eban termasuk dedel sering menggantungkan dari kedua temannya itu. Eban, meski tak begitu pintar di kelas kini menjadi dokter. Bondan kini menjadi manager suatu perusahaan. Sedangkan Gandung yang kurang beruntung, meskipun lulusan UGM. 
Ternyata keberuntungan dan nasib di Indonesia masih menjadi harapan banyak orang dalam menemukan kehidupan. Tak selamanya ketekunan, dan kepintaran saat di kelas menjamin masa depan. Itulah kebesaran Illahi yang sulit kita prediksi. Semua sudah diatur yang kuasa 
Suatu ketika kami berempat dalam reuni. Gandung yang kini sakit-sakitan tak mau cek ke dokter Eban, karena waktu SMA selalu nyontek Gandung. Bondan yang dulu pelit kini sering membantu Gandung. Kami saling bernostalgia/ bincang mengenang masa lalu yang sulit kita lupakan. Saat-saat seperti itulah kita bisa introspeksi. Reuni adalah saat indah mengenang masa lalu. Tetap membutuhkan adanya pertemuan setelah lulusan, tetap butuh adanya jalinan komunikasi. 
Ketika sudah agak lama berbincang, rasanya ada yang terulang kekonyolan seperti saat di kelas dulu. Ada bau tak sedap lewat. Gandung yang ingat kebiasaan di SMA, langsung nuduh Eban yang jadi tumbal. Saling tuduh seperti waktu di sekolah terjadi. 
”Dulu dengan sekarang nggak jauh beda. Namanya kentut tetap barang busuk, mbok ditutup-tutupi panggah bau busuk”, kata Eban menunjuk Bondan yang tetap tertawa cekakaan. Suasana pun berubah. (Budi Elyas)

1 komentar:

Budi Spoil 85 mengatakan...

Tulisan ini dimuat Editorial Fraksi Mutu SMAN 1 Kesamben. Pesta kelulusan tapi ada issu busuk di sekolah, bau busuk yang ditutup-tutupi, namun sayangnya sudah menyebar ke mana-mana.