Jumat, 20 Mei 2011

Ketika Kupulang


Aku dulu punya cita-cita sederhana di kala kecilku. Tinggal di desa dengan sawah dan kebun warisan simbahku. Luas kebun dan sawahku kutanam buah dan sayuran yang hijau dan di sekitarnya kubuat kandang dan kupelihara bermacam-macam piaraan serta kolam ikan. Aku yakin bisa hidup tenang jauh dari bising kota. Aku akan berkebun dan mengerjakan sawah dan kebunku sendiri. Di kala panen aku kan menuai padi yang kuning dengan istri dan anakku. Memang dulu aku punya cita-cita sederhana hidup di desa.

Istriku harus cantik dan imut. Tapi juga harus cerdas dan pintar. Siapa tahu aku dipilih jadi kepala desa. Kan kubangkitkan semangat rakyatku dan membangun desaku. Desaku pasti mengharapku pulang. Aku pun rindu membasahi bumi dengan keringatku. Tapi semua tetap kuharap ridlo Allah juga. Aku tetap bangga punya cita-cita hidup di desa.

Kini desaku kering dan gersang mendera Ulah para pencoleng hutan yang jadi nafas bumiku. Dengan penduduk yang kusut dan tampak tua. Halaman yang kupakai bermain pun tlah lusuh berdebu. Tanpa setetes air pun yang menyiramnya. Hanya tetesan air mataku yang mampu kusiramkan. Tapi aku tetap bangga punya cita-cita tinggal di desa. (inspirasi Ebiet GAD)

2 komentar:

amad mengatakan...

tulisan yang bagus sama seperti cita-cita saya. lam kenal pak guru!!

Budi Spoil 85 mengatakan...

Itu lirik lagunya Ebiet GAD Om, mengingatkan saya ketika pulang kampung di Mutihkulon Wedung Demak yang hingga sekarang tetap gersang. Hehehe....