Jumat, 12 Juni 2009

Prof. Dr. I Nyoman Sudjana Degeng, M.Pd.

sud
TAHUKAH ANDA, bahwa teori-teori pendidikan yang diberlakukan kita dulu bahkan sekarang, menggunakan media binatang ? Tikus, anjing, kuda, kelinci dan sebagainya. Inilah tokoh yang menentang teori itu, Prof. Dr. I Nyoman Sudjana Degeng, M.Pd. Beliaulah penegas teori Konstruktivistik, memperlakukan manusia dengan manusiawi. Gunakan penelitian yang melibatkan langsung manusia, bukan menggunakan binatang kemudian diterapkan kepada manusia. Lho kita ini bukan binatang, kita ini manusia. Bahkan Paulo Freire sudah mengingatkan sejak tahun 1970-an bahwa dunia pendidikan tidak pernah memberikan otonomi bagi anak.
Istilah reward (hadiah) yang diberikan siswa ketika ada siswa yang bisa menjawab benar dalam pembelajaran, itu kan meniro carane ngajari binatang, yen iso nuruti karepe juragane terus diberi makanan kesukaannya.
Penggunaan kayu untuk memukul siswa oleh guru dalam pembelajaran, itu kan niru juga perlakuan binatang yang salah belok, terus dipecut, ben ngerti nek kuwi salah, nek salah oleh ganjaran pecut.
Harus berubah, jangan jadikan punishment sebagai alat pembelajaran. Pembelajaran masih panjang, sepanjang hayat. Makanya saya jarang, bahkan tidak memberi angka mati untuk matematika. Soalnya, ngko nek dadi sopir, rumus ABC gak kanggo. Ngko nek dadi juragan martabak, pembelajaran Program Linear gak penting. Ngko nek, dadi tukang rentenir, rumus anuitas nggak begitu penting, karena nggak dipakai.
Kecepatan menerima konsep yang benar terhadap rentang waktu bereda itu yang harus saya hormati. Sekarang rodo dedel, mergo pas nek omah mangan rodo kurang gizine, bapake gak iso nukokne tahu tempe. Wingenane oleh biji apik saiki kok elek, mungkin pas omahe dinggo kenduren selametan (1000-ne Mbahe), akhire gak iso sinau, gak ono panggon nggo sinau. Opo maneh, nek buku catetane kesokan duduh soto, lk ngaplo...
Ketika mengajar, saya paling konsen terhadap anak-anak yang selalu bikin ulah. Itulah saatnya kita menjadi guru yang sebenarnya. Kita baru mengerahkan seluruh tenaga dan fikiran untuk melakukan perubahan prilaku siswa tersebut. Tugas guru adalah sebagai pembersih kali yang kotor. Guru memungut sampah-sampah di kali hingga air sungainya lancar kembali. Bukan dikuras airnya hingga habis, sehingga tak ada lagi yang menyebut itu adalah kali.
Perlakuan ini sering terjadi di sekolah. Kenapa hukuman diberlakukan di sekolah, kalau memang kita kembalikan fungsi sekolah yang sebenarnya. Tatkala kita temui siswa bermasalah, kemudian divonis dikeluarkan, ada pertanyaan di benak saya. Sudah benarkah kita memberlakukan mereka dengan sebaik-baik perlakuan sebagai siswa. Sudah tepatkah perlakuan yang kita pakai selama ini. Atau sudahkah kita sebagai guru. Sebab jika anak diperlakukan sebaik-baik perlakuan maka akan mendapatkan cinta dan kehidupan..... ”Tidak pernah ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta yang murni dan tulus. Cinta yang mendalam menebarkan energi positif yang tidak hanya mengubah hidup seseorang, tetapi juga menerangi hidup orang banyak.” (Kompas dalam cover novel Andrea Hirata ”Laskar Pelangi”).
Tulisan ini dimuat juga di http://politikana.com/baca/2009/07/07/kita-diajar-dengan-teori-binatang.html

Senin, 08 Juni 2009

Senin Penuh Semangat

Siapa benci hari Senin?

Setelah menikmati akhir pekan, tidak jarang ada yang mudah terjangkit rasa malas ketika Senin tiba. Serasa Senin merupakan hari yang teramat panjang dan membosankan. Berbanding terbalik dengan akhir pekan yang rasanya teramat singkat.

Apa benar demikian?

Setiap hari memiliki waktu yang sama 24 jam. Namun perpindahan dari hari libur ke hari kerja terkadang tak begitu saja diterima diri kita. Rasa malas yang begitu kuat muncul dan menggoda agar kita terus berada pada masa liburan.

Bagi anda yang merasa Senin dan hari kerja merupakan hari-hari menyebalkan, silakan simak tips-tips di bawah ini:
  • Siapkan peralatan kerja. Malam hari sebelum tidur, siapkan perlengkapan anda untuk esok. Selesaikan tugas yang belum terselesaikan agar tak membuat anda kelabakan esok hari.
  • Tatap dan cium anak anda. Bagi yang sudah dikarunia anak, sebelum tidur, coba tatap dalam-dalam wajahnya yang tengah terlelap, cium keningnya. Dan tumpahkan rasa cinta anda dengan berjanji melakukan yang terbaik untuknya. Hal yang sama lakukan ketika dia berangkat sekolah.
  • Lipat selimut anda. Begitu bangun tidur, langsung lipat selimut anda. Bergegaslah ke kamar mandi. Cuci muka. Bagi yang muslim sekaligus mengambil air wudhu dan menunaikan sholat.
  • Lihat luar rumah anda. Buka tirai atau gorden rumah dan rasakan sinar mentari yang begitu hangat. Bila anda yang sudah lama tak berolahraga, coba olahraga kecil baik lari atau jalan kaki keliling di sekitar rumah. Ajak serta anggota keluarga anda.
  • Lihat dan ingat orangtua anda. Setiap rasa malas menyerang, ingat dan tatap orang tua anda. Ibu anda khususnya. Ingat saat anda masih dalam buaian dan gendongannya. Rasakan betapa besar rasa cinta dan pengorbanannya untuk anda. Berjanjilah untuk membahagiakan mereka.
  • Tatap kembali cita-cita anda. Apa impian Anda, Terus ACTION! Buat keluarga anda bahagia. Buat bangga orangtua anda.

Tiap hari adalah hari penuh semangat. Hapus kata “malas” dalam kamus hidup anda mulai detik ini dan seterusnya. Anda berjanji menjalani hari-hari anda dengan senang dan penuh semangat.

Mengutip dari webkios, tiap hari memiliki arti yang luar biasa. Senin adalah “Semangat Nan Indah”, Selasa berarti “Selalu Luar Biasa”, Rabu berarti “Rasakan bahagia dalam kalbu”, Kamis kepanjangannya “Kami Sukses”, Jumat berarti “Juga Amat Hebat”, Sabtu adalah “Saatnya Bersatu”, dan Minggu berarti “Mari ingat berkah seminggu”.

Mari semangat! Tidak lagi Senin menjadi hari menyebalkan. Kini tiap hari adalah hari-hari luar biasa, penuh bahagia, dan semangat.

Semoga bermanfaat. Salam ACTION! http://www.jokosusilo.com/2009/06/07/membuat-hari-senin-penuh-semangat/

Jumat, 05 Juni 2009

Kecurangan

Banyak ketakutan yang terjadi di pihak guru. Takut siswanya banyak yang gagal. Orang tua tak kalah cemas, sehingga banyak yang dipaksa masuk bimbingan agar tiap harinya membahas Ebtanas. Kepala Sekolah menekan guru, takkan mebiarkan guru sing sak karepe dhewe. Tapi sayange banyak siswa yang malah santai.
Banyak upaya dilakukan menghilangkan ketakutan itu. Misalnya sekolah membuka program pendalaman, karena beban tiap minggunya cukup padat, sehingga kehabisan waktu untuk mengajar. Padahal setiap hari di sekolah banyak kelas yang kosong, banyak anak yang senang, pertanda pembelajaran yang tidak menyenangkan. Menyadari itulah akhirnya sekolah memrogramkan Les Pendalaman, agar sekolah bisa mengeluarkan anggaran, meskip[un banyak anak yang ngantuk, karena memang waktunya ngantuk, banyak anak yang sumuk, banyak anak yang nggak minatdengan guru yang nggak menarik, monoton, pemaksaan berlebihan. "Kamu harus ini, kamu harus itu agar nanti dapat nilai bagus, nanti tak kasih hadiah jika bagus, tapi pusss.....
Pola lama dan sudah kedaluarsa tetap ada, belum ada inovasi, belum ada kreasi untuk membuat anak betah di kelas. Banyak fasilitas disediakan sekolah, tapi hanya sekedar untuk wah... Karena jarang dipakai, kalau ada yang pake disrimpeti. Eh, yang bawa kunci belum datang, e.. harus ijin dari bos dulu. Bosss.... ngedebus. Jeleknya, jika ada guru yang punya kreasi malah disentimeni. Katanya sok kemlinthi, sok kemaki. O... alah, belum berubah pola pikirnya, belum berubah juga, meski negeri ini sudah jauh melangkah.
Banyak sekali penyimpangan yang terjadi kalau kita mau teliti. Upaya itu sebagai antisipasi, sebagai penyejuk hati. Jika aman, jika sukses bisa dianggap sebagai pahlawan, sebagai jagoan, sebagai amalan... Padahal itu kebohongan, kebohongan...
Kasihan negeri ini. Akibat perlakuan orang-orang yang tak mengerti. Akibat politik kotor di negeri ini. Karena semua ingin didengar sekolah yang sukses, pejabat yang sukses. Biar semua ingin dibaca hebaaattt. Padahal mereka bohong, anak-anak diisi dengan pelajaran bohong.
Oh ibu pertiwi tak pernah henti menangis
Ini bukan puisi
Ini kenyataan di negeri ini
Gung mari lho ojo dokomentari sik...