Jumat, 30 Juli 2010

Orang Buta Menuntun Orang Buta


Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut.
Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu. Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si Buta. Kali ini si Buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta tersebut. Kali ini, si Buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Sahabat, hari ini kita belajar tentang KEBIJAKSANAAN, KEPEDULIAN DAN KERENDAHAN HATI... Betapa gelap dan butanya kita tanpa pelita kebijaksanaan... betapa banyak orang saling bertabrakan karena keegoisan, keserakahan tanpa ada kepedulian bagi sesama... Betapa gampangnya kita menghakimi dan menyalahkan "si Penabrak", padahal mungkin saja pelita kita yang padam.. bukankah diperlukan kerendahan hati untuk minta maaf??... Ah.. seandainya di dunia ini banyak orang yang saling mendukung dan saling mengingatkan !!..
Selamat bekerja, hati-hati jangan menabrak...

Minggu, 18 Juli 2010

Mengajar dengan Cinta Akan Meraih Keunggulan

Marilah kita renungi sebuah filem inspiratif, Laskar Pelangi. Sekolah dengan fasilitas apa adanya namun mampu bersaing dan melahirkan siswa yang sangat luar biasa. Kisah sebuah sekolah yang dengan keunggulan sederhana namun mampu menjaga sekolahnya tetap unggul walaupun ketiadaan fasilitas dan keterbatasan dana.
Siapa yang mengira, sekolah miskin itu telah berhasil mendidik anak didiknya menjadi anak didik yang berkarakter. Sekolah yang lebih mengedepankan akhlak mulia daripada teori-teori dalam pelajaran yang harus dikuasai siswa, namun sekolah dengan guru-guru yang mampu mengajarkan cinta kepada sesama. Kekuatan cinta ternyata menjadi kunci keberhasilan dalam dunia pendidikan. ”Tidak pernah ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta yang murni dan tulus. Cinta yang mendalam menebarkan energi positif yang tidak hanya mengubah hidup seseorang, tetapi juga menerangi hidup orang banyak.” (Kompas dalam cover novel Andrea Hirata ”Laskar Pelangi”).
Di sekolah itu dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, dan guru-guru mengajar dengan cinta. Bagaimana menjaga sekolah agar tetap unggul. Keunggulan itu terletak pada 6 kekuatan yang harus dibangun, yaitu:
1. Memiliki guru yang mempunyai kompetensi, dedikasi dan komitmen yang tinggi.
Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran. Pasal 4 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.
Kompetensi diartikan oleh Cowell (1988) sebagai suatu kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi guru.
Selain kompetensi, harus ada komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam menjaga sekolah agar tetap unggul. Komitmen dan dedikasi itu terlihat dari perilaku guru yang senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk terus belajar sepanjang hayat. Konsisten dan tak pernah berhenti untuk belajar dalam rangka mengembangkan potensinya menjadi guru profesional. Oleh karena itu janganlah menjadi guru jika bukan menjadi guru yang baik. Be Good Teacher on Never.
2. Memiliki siswa yang berprestasi.
Siswa berprestasi lahir dari proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Sekolah harus dapat menciptakan siswa berprestasi yang dapat membawa nama baik sekolah di tingkat nasional maupun internasional. Karena itu adanya sebuah pembinaan jelas menjadi sebuah keharusan. Sekolah harus dapat menyeimbangkan otak kiri dan kanan siswa yang tercerminkan dari berjalannya kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler. Filem Laskar Pelangi menggambarkan secara sederhana bagaimana sekolah itu mengembangkan kreativitas siswa dan mencapai prestasi yang gemilang. Si Mahar sang seniman alam mampu membuat kreativitas seni yang indah, di mana dia mampu berkreasi dengan tarian tradisional yang hidup dan menarik. Lewat ide gila si Mahar, sekolah yang apa adanya dan tak memiliki dana mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan papan atas yang memiliki banyak dana.
3. Mengembangkan sumber belajar yang tidak hanya berpusat pada guru.
Sekarang ini, sumber belajar bukan lagi berpusat pada guru, melainkan pada berbagai sumber. Peran guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada. Selain guru, masih banyak lagi sumber belajar yang lain. Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi kemudahan belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan/latar.
4. Memiliki budaya sekolah yang kokoh.
Kuncinya perpaduan semua unsur di sekolah itu dari mulai peran guru, siswa, dan orang tua siswa menjadi three in one dalam merajut kebersamaan.Budaya sekolah yang harus diciptakan agar tetap kokoh adalah mengembangkan budaya keagamaan (religius), budaya kerjasama (team work), budaya kepemimpinan (leadership) dan budaya kedisiplinan (dicipline).
5. Memiliki seorang tokoh panutan di sekolah dan mampu menjadi contoh teladan.
Dibutuhkan guru-guru yang mampu mengajarkan dengan cinta. Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya. Sudahkah tokoh panutan ini ada dalam sekolah kita? Seorang guru yang ikhlas mengabdi untuk kemajuan negeri. Kalau jawabannya belum, maka diri kita sendiri yang harus menjadi tokoh panutan itu.
6. Memiliki motivasi yang tinggi untuk mampu bersaing dalam dunia global.
Pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Akhirnya, untuk menjaga agar sekolah tetap unggul diperlukan kebersamaan yang erat dari berbagai komponen yang ada di di dalam komunitas sekolah. Semua harus saling melengkapi dan bekerjasama dalam membangun sekolah ke arah yang lebih baik. Diperlukan suatu sistem yang utuh dan sistemik agar sekolah tetap unggul Wijaya Kusumah). Untuk para guru, ingat pesan I Nyoman S Degeng, "Jika Anda belum pernah dimusuhi oleh siswa anda, berarti anda belum pernah menjadi Guru yang sesungguhnya. Jangan pernah mencoba menjadikan siswa anda menjadi seperti anda. Anda cukup satu saja".